Minggu, 07 Desember 2008

“sedia kerang rebus”,


pada suatu hari yang sendu seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh kepada ibunya. sebutir pasir tajam bagai belati memasuki tubuhnya yang merah dan lembek.anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga ibu tidak bisa menolongmu. sakit sekali,aku tahu anakku. tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. jadi, kuatkan harimu nak..jangan lagi terlalu lincah. kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu.tegarkan jiwamu melewati rasa nyeri yang menggigit. balutlah pasir itu dengan getah perutmu. hanya itu yang bisa engkau perbuat anakku, kata ibunya dengan pilu tapi penuh kelembutan. anak kerang pun mencoba nasihat bundanya. ada hasilnya, tetapi rasa perih bukan alang kepalang. kadang kala, di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. tetapi tidak ada pilihan lain. ia terus bertahan. dan dengan banyak air mata ia terus tegar, mengukuhkan hati, menguatkan jiwa, bertahun-tahun lamanya.tetapi, tanpa disadarinya, sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. makin lama makin halus. kian lama kian bulat. dan rasa sakit pun semakin berkurang. mutiara itu terus semakin berbentuk. kini, bahkan rasa sakitnya pun terasa biasa. dan ketika masanya tiba, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, akhirnya terbentuk dengan sempurna. kerang itu berhasil mengubah pasir menjadi mutiara. penderitaannya berubah menjadi mahkota. air matanya menjadi harta sangat berharga. dirinya kini, sebagai bentukan derita bertahun-tahun, lebih berharga dari sejuta kerang lainnya yang cuma disantap orang di bawah tenda-tenda bertuliskan "sedia kerang rebus", di pinggir jalan. tetapi kristal penderitaannya kini, menjadi perhiasan mahal bergengsi tinggi di leher-leher indah para perempuan kaya nan jelita.

Tidak ada komentar: